🇮🇩 SMK GLOBAL MULIA SEKOLAH BERKARAKTER, AGAMIS, NASIONALIS 🇮🇩
Mekarmukti, Cikarang Utara

Hari Santri Nasional 2021, Ujung Tombak Generasi Penerus Bangsa

Konon dipilihnya tanggal ini dikarenakan pada tanggal inilah KH Hasyim Asy’ari pada 75 tahun lalu membacakan “Resolusi Jihad” yang mendasari sebuah gerakan perjuangan sekaligus jihad melawan penjajah Belanda yang membonceng tentara sekutu alias Inggris yang ingin kembali menguasai Indonesia.

Pada saat itu hampir seluruh santri (terutama di Jawa Timur) secara serentak turun dan terlibat dalam peperangan melawan tentara sekutu, yang bersama Belanda ingin “menjegal” kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebuah peristiwa besar yang memang layak diperingati bukan hanya oleh kalangan santri tetapi oleh semua komponen bangsa Indonesia.

Momentum hari santri adalah momentum refleksi bagi kita semua tentang makna nasionalisme dalam bingkai keislaman pada khususnya dan bingkai keagamaan pada umumnya. Sebagai representasi dari umat Islam yang merupakan bagian mayoritas bangsa Indonesia, santri telah memberikan keteladanan bahwa Islam merupakan agama yang terbuka dan “modern”. Islam tidak harus dimaknai secara sempit dalam ekspresi perjuangan yang eksklusif.

Sebagai agama dengan spirit Rahmatan Lil aalamin, Islam harus dihadirkan sebagai kekuatan yang memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan universalisme. Dalam konteks inilah santri menjadi subjek penting yang berkewajiban menjaga, merawat dan mempertahankan keutuhan dan keberlangsungan masa depan NKRI dengan penopang dasarnya Pancasila, UUD 1945 serta prinsip Bhineka Tunggal Ika. Peran ini pula yang dipahami dan diajarkan oleh para ulama kita ketika memaknai “nasionalisme” dalam perjuangannya melawan penjajah untuk meraih kemerdekaan.

Kesadaran akan rasa cinta pada tanah air adalah bagian dari ekspresi keimanan kepada Allah. Karena itulah kesadaran ini harus selalu dihadirkan pada setiap diri santri dan juga semua warga bangsa dengan segenap komponennya.

Di tengah suasana pandemi dan lesunya gerak ekonomi nasional dan dunia saat ini, santri harus bisa bersikap dan mengambil peran aktif untuk membantu memulihkan keadaan. Jangan sampai bangsa ini jatuh pada resesi ekonomi dan politik yang berkepanjangan. Para kiai dengan pesantrennya harus lebih “giat” dan “kuat” dalam mengkader santri sebagai generasi bangsa yang mandiri, kreatif, inovatif, responsif dan peduli pada sesama serta kelestarian lingkungan alam.

Santri pada hari ini dan di masa depan memiliki bentuk tantangan yang beragam dan berbeda dengan di masa lalu. Jika dahulu mereka menghadapi lawan yang jelas yakni kaum penjajah, sekarang mereka menghadapi musuh yang lebih absurd. Di antaranya adalah kebodohan, kemiskinan, kerusakan lingkungan, masuknya ideologi transnasional yang anti Pancasila, serta gerakan keagamaan yang eksklusif, dimana ekspresi keagamaannya yang radikal semakin mengancam keutuhan NKRI.

Belum lagi adanya jurang kesenjangan sosial dan ekonomi di masyarakat yang berpotensi melahirkan beragam bentuk anarkisme sosial, politik dan budaya dalam sistem kemasyarakatan kita. Pada titik inilah kita sebagai bagian dari kaum santri harus menata ulang posisi dan peran kita di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Baca jugaBudayawan Madura: Penetapan Hari Santri Tidak Bisa Dilepaskan dari Resolusi Jihad

Kehidupan di era industri dan teknologi informasi yang melampaui batas ruang dan waktu ini harus disikapi dengan bijak. Saat ini masyarakat juga sedang bergerak dengan sangat cepat menuju masyarakat global yang “borderless” atau tanpa batas yang jelas. Di era ini para santri sudah semakin banyak yang terlibat dalam pengembangan keilmuan di luar ranah “ilmu agama”.

Santri saat ini tidak semata beratribut sarung dan peci, tetapi juga ada yang punya rentetan gelar dan keahlian yang beragam. Mulai dari pakar nuklir sampai dokter pakar rekayasa genetika pun juga sudah ada. Mulai dari pakar ekonomi sampai pakar robotika juga sudah mulai banyak dijumpai di kalangan santri.

Santri tidak lagi hanya dikenal sebagai anak pesantren yang bergelut dengan Al-Quran dan kitab kuning. Santri sekarang sudah berevolusi menjadi profil generasi ideal yang tidak hanya kuat dalam memegang nilai dan ajaran Islam. Tetapi juga berakhlak mulia, serta memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan menguasai teknologi informasi. Bahkan santri saat ini sudah semakin banyak yang belajar keluar negeri di universitas ternama di seluruh dunia sambil mengenalkan “Islam” di Indonesia yang berwajah damai.

Para santri sekarang telah menjadi “Jembatan cultural” atau “Cultural Bridge”, yang berperan sangat penting dalam menjembatani proses transformasi kultural di masyarakat. Apakah itu di level masyarakat lokal ataupun di level masyarakat global. Bahkan sekarang ini para santri telah menjadi ujung tombak dari “gerakan transnasionalisasi” Islam Indonesia. Diinisisasi dan diwakili oleh para santri dari NU dan Muhammadiyah yang sedang berkarya di luar negeri, mereka yang mulai membuka cabang-cabang internasionalnya di berbagai belahan benua.

Fenomena ini adalah sebuah “penanda” lahirnya era santri baru. Karena itu dalam momentum hari santri kali ini sudah saatnya santri Indonesia untuk meneguhkan ulang makna “resolusi jihad” sebagai bentuk perjuangan menegakkan Islam yang Rahmatan Lil aalamin di seluruh dunia. Selamat Hari Santri. (*)

https://santrinews.com/Opini/10569/Menyambut-Hari-Santri-4-Meneguhkan-Ulang-Resolusi-Jihad-Kaum-Santri

Related Posts
Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *